Senin, 07 Maret 2016

Jalan - jalan ke curug di beberapa kabupaten-2



1. Curug Panganten
Berada di wilayah Kabupaten Ciamis, tepatnya berada di Kecamtan Cijeungjing, Desa Kepel. Apabila daria arah Ciamis/ Bandung, di wilayah Karangkamulyan terdapat jalan bercabang yang masing – masing adalah jalan searah hingga kembali bersatu ke jalan umum. Tidak jauh dari penyatuan jalan bercabang terdapat jalan di sebelah kiri menuju SPBBE sekaligus menuju Desa Kepel. Jalanannya berupa aspal lumayan bagus. Jalan masuk ke dalam hingga bertemu dengan jembatan dan terus jalan lagi sedikit hingga bertemu belokan jalan pertama di sebelah kanan yang menuju Desa Kepel. Terdapat palang yang diatur penduduk dimana kita sukarela memberi uang lelah.
Setelah itu kita akan melewati daerah persawahan. Hanya saja sayangnya lebar jalan relatif hanya dapat dilalui 1 mobil, lebih sedikit. Jadi bila berpapasan mobil, terpaksa salah satu harus ada yang mengalah dan mencari tempat pijakan agar bisa lewat. Akhirnya pada ujung kampung dimana jalan mobil berakhir, disitulah jalan menuju curug. 
 Lokasi curug sangatlah dekat, kurang lebih 200 m dari tempat penghentian mobil. Masuk ke ladang penduduk dan langsung kita temukan Curug Panganten. Kalau hujan lumayan licin tapi masih relatif mudah dilalui.
Curug Panganten tidak begitu tinggi kurang lebih sekitar 15 m. Tetapi airnya yang sangat deras dan jatuh di kolam besar yang merupakan aliran anak Sungai Citanduy. Pada waktu musim hujan, aliran air sangat deras berwarna coklat kemerahan seperti bergejolak jatuk ke bawah. Di bagian bawah juga demikian, seperti kubangan coklat dengan aliran air sepintas agak tenang tapi arus di dalamnya cukup kencang. Karena itu pada waktu musim hujan tidak boleh berenang (lagipula airnya kotor) khawatir tertarik pusaran air. Sedangkan pada musim kemarau aliran air dari atas membentuk curug kembar. Seperti berpasangan. Karena  itu tepat disebut Curug Panganten. Selain itu, dasar kolam menjadi lebih bening dan cukup bersahabat. Karena itu waktu paling tepat datang kesinin adalah pada saat musim kemarau. Tapi jangan.kemarau panjang, karena airnya jadi hampir tidak ada.
 Nama Curug Panganten itu sendiri juga ada latar belakang cerita mistis. Di tempat itu kabarnya pernah ada kejadian sepasang pengantin yang sedang berperahu. Sang pengantin lelaki bercanda dengan menakut-nakutin pasangannya dengan menunjukkan ulat bulu. Karena ketakutan, pengantin wanita tercebut. Melihat istri barunya tercebur, sang suami menceburkan diri ingin menyelematkannya. Malang, keduanya justru hanyut terbawa arus deras Sungai Citanduy. Kedua jasad itu tak pernah ditemukan. Kabarnya, dua sosok itu sesekali menampakkan diri dengan diiringi suara gamelan di malam hari khususnya di malam jumat kliwon. Hi...hii.... tapi memang suasananya masih banyak hijauan. Sayang banyak penduduk mencari ikan dengan memberi putas (racun ikan). Nah, yang ini perlu sesekali diperlihatkan wajah sang penganten.... biar kapok...

2. Curug Kadupugur
Tidak banyak yang tahu bahwa di wilayah Kecamatan Sindangkasih (dulu bagian dari Kecamatan Cikoneng) mempunyai curug yang lumayan dapat dinikmati pemandangannya dan tentunya sensasi perjalanannya. Curug ini terletak di Dusun Kadupugur (nama curug sesuai dengan nama dusun dimana curug berada), Desa Gunungcupu, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Mengenai nama Desa Gunungcupu yang memberi kesan mistis, karena dekat dengan nama jimat kera dalam cerita Ramayana, ternyata ada kisah di balik nama tersebut. Kisah tentang sekelumit perjalanan hidup Prabu Ciung Wanara dari Kerajaan Galuh. Selengkapnya  silakan baca di alamat : http://blogs.unpad.ac.id/gunungcupu2010/

Kembali ke Curug Kadupugur. Akses menuju kesana dimulai dari jalan raya Sindangkasih - Cihaurbeuti. Dari lampu merah Sindangkasih terdapat belokan pertama (sebelum RM Manjabal2) yang menuju Desa Gunung Cupu. Jalan desa sudah berupa aspal bagus, tetapi kemudian agak menyempit. Terdapat beberapa belokan, tetapi kita tetap lurus ke arah Dusun Kadupugur. Batas masuk dusun ini adalah gapura sederhana dengan ornamen bentuk durian (kadu, bahasa Sundanya). Apabila kita membawa mobil, kita terpaksa berhenti di jalan aspal terakhir, persis di depan sebuah masjid.
 Untuk kendaraan motor dapat terus naik ke atas berupa jalan semen. Sedangkan untuk yang membawa mobil terpaksa harus jalan kaki. Tidak mengapa hitung - hitung olahraga. Jalan kaki atau naik motor, terus saja hingga bertemu dengan hamparan sawah dimana di tengahnya terdapat jalan semen. Masyarakat menyebutnya jalan PNPM karena dibangun dengan bantuan program PNPM. Kita masuk ke jalan tersebut. Cukup lebar untuk kendaraan motor. Pemandangan kanan - kiri jalan cukup indah karena berupa hamparan sawah dan kebun penduduk. 
 Perjalanan dengan menggunakan motor berhenti di rumah penduduk terakhir sebelum masuk ke wilayah semak belukar dan kebun penduduk. Jarak dari tempat parkir mobil ke rumah penduduk ini sekitar 600 m. Selebihnya kita berjalan kaki menerobos semak belukar dan kebun penduduk. Tidak jauh dari penghentian motor, sekitar 400 m. Hanya saja lumayan agak terjal. Kita akan bertemu dengan aliran sungai dari curug, dapat diseberangi. Menjelang sampai lokasi curug ada bagian jalan yang longsor. Oleh penduduk sudah diperbaiki dengan menaruh  karung berisi tanah. Tetapi kita tetap harus hati - hati. 
 Tak lama kemudian kita akan menjumpai Curug Kadupugur. Lumayan indah. Curug itu terbagi dua oleh sebuah batu. Aliran sebelah kiri sangat deras, sedangkan satu lagi seperti air saweran. Ketinggian curug hanya sekitar 8 m. Hati - hati jatuhan air sangat deras, lebih baik mandi di jatuhan air yang seperti saweran. Itupun lumayan kencang. Sayang, kalo musim hujan airnya agak kotor karena lumpur. Oya, kalau malam habis hujan deras, anda harus hati - hati. 
 Di atas curug sebenarnya berupa aliran air sungai. Kata penduduk ada lagi curug terus ke hulu. Sayang saya tidak bisa lanjut mencari curug tersebut. Nanti kalo ada kesempatan akan saya ceritakan. 

3. Curug Bojong
Curug Bojong
Kawasan wisata Pangandaran dikenal dengan wisata pantai dengan beberapa spot pantai indah seperti Pantai Pananjung, Pantai Madasari, Pantai Karapyak, dan sebagainya. Kemudian wisata sungai melalui lorong tebing yang menakjubkan yaitu Green Canyon dan Citumang. Satu jenis wisata yang tidak kalah menarik di wilayah Pangandaran adalah wisata curug atau air terjun. Curug Bojong adalah salah satu curug indah di wilayah Pangandaran.
Lokasi Curug Bojong terletak di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Untuk sampai ke lokasi tersebut tidak sulit. Apabila datang dari arah Ciamis, maka akses ke curug adalah setelah melewati SPBU Babakan Pangandarn atau kurang lebih 1 km sebelum bundaran Pangandaran. Di seberang depan jalan masuk terdapat penunjuk arah di papan kecil dengan tulisan Curug Bojong.
Jalan masuk ke dalam sudah berlapis aspal cukup baik. Tetapi itu hanya sebentar karena kemudian berganti menjadi jalan desa berlapis semen. Jalan terus saja mengikut jalur utama, jangan belok ke jalan - jalan lingkungan yang ada. Pada tanjakan menjelang lokasi yang cukup curam harus hati - hati apabila dalam kondisi basah. Meskipun jalan semen tetapi apabila mesin kurang bagus dan ban mobil kurang menggigit akan mengalami kesulitan. Setelah itu kemudian jalan tanah sedikit hingga tempat parkir mobil. Total jarak dari simpang jalan masuk hingga tempat parkir mobil sekitar 5 km.
Kendaraan motor masih bisa terus hingga tempat parkir motor yang berada di pintu masuk ke lokasi wisata curug. Sedangkan untuk yang membawa mobil harus jalan kaki sekitar 800 m hingga pintu masuk tersebut dengan kondisi jalan bergelombang naik turun, lumayan olah raga jalan kaki. Kondisi sekitarnya adalah hutan yang lumayan lebat. Disini sebenarnya masih terdapat babi hutan dan kera tetapi agak jauh dari trek yang dilalui pengunjung.
Tempat parkir motor sekaligus juga tempat istirahat lumayan nyaman. Kawasan wana wisata Curug Bojong adalah berada dalam wilayah Perhutani tepatnya di dalam RPH Pangandaran BKPH Pangandaran KPH Ciamis. Sementara ini tidak ada pengenaan biaya baik untuk parkir maupun untuk karcis masuk. Tetapi apabila ada petugas yang kebetulan sedang "bebersih" tidak ada salahnya kita berikan sekedarnya.
Selanjutnya kita masuk melalui jembatan pendek dan menyusuri jalan tanah sekitar 100 m hingga bertemu sungai. Letak curug di seberang sungai dan sudah terlihat bagian curug dari tempat sebelum menyeberang. Sungai yang akan diseberangi adalah sungai Cibojong dan akan bertemu sungai Cisawangan. Sungai dengan lebar sekitar 4 meter ini memiliki  kedalaman pada kondisi normal antara 50 cm - 1 m. Apabila hujan lebat dan aliran air cukup deras, sebaiknya kita berhati - hati dalam mencari pijakan.
Akhirnya sampailah kita di lokasi curug. Cukup membuat takjub karena bentuk curug yang berbentuk bongkahan batu. Tinggi curug sekitar 30 m dan aliran air terpecah jatuh merata ke dinding batu. Apabila dari pandangan depan, aliran air yang paling deras adalah sebelah kanan. Air terjun ke kolam atas terlebih dahulu dengan kedalaman kolam sekitar 1 m, lalu kemudian mengalir dan jatuh di kolam kedua. Air curug Bojong masih sangat jernih dan sejuk. Sangat cocok kalo untuk bermain - main. Meskipun bagian dasar curug tidak terlalu dalam tetapi tetap harus hati - hati mengingat aliran air yang lumayan deras. Selanjutnya nikmati keindahan pemandangan curug dan segarnya air curug.

4. Curug Sawer Majalengka
Nama curug sawer umum digunakan untukjenis curug yang cukup deras namun curahan airnya menyembur seperti shower atau sawer untuk istilah sunda. Di beberapa kabupaten di Jawa Barat mempunyai nama curug sawer, seperti di Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Kuningan, Sumedang dan Majalengka.
Curug Sawer di Kabupaten Majalengka mempunyai debit air yang cukup deras dan tentunya dengan pemandangan yang indah alami. Terletak di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Akses jalan searah dengan Curug Muarajaya. Dimulai dari jalan raya Cikijing - Majalengka. Dari arah kota Majalengka kita akan melewati kota kecamatan Maja dan tidak jauh kemudian kita menemukan plang Curug Muarajaya, di wilayah Kecamatan Argapura.
 Jalan masuk sudah berupa jalan aspal mulus dengan kondisi topografi naik turun bukit. Sangat memukau pemandangan sekitar perjalanan yang didominasi pertanian sayuran. Perjalanan ke Curug Sawer terus mengikuti jalan aspal hingga bertemu dengan Bumi Perkemahan Cipanten yang bagian dari Taman Nasional Gunung Ciremai. Di depan bumi perkemahan tersebut terdapat jalan bebatuan ke arah pertanian. Kondisi jalan meskipun kurang baik tetapi masih dapat dilalui kendaraan roda 4. Ujung dari jalan ini adalah areal pertanian dimana kendaraan roda 4 harus diparkirkan di tempat ini. Sedangkan kendaraan roda 2 masih dapat menjangkau kurang lebih 100 m lagi. Tidak ada tarif khusus untuk parkir mobil atau motor, tetapi sebaiknya menggunakan standar tempat wisata yaitu Rp. 5.000 untuk mobil dan Rp. 2.000 untuk motor. Petugas parkir adalah petani setempat.
Lokasi tempat parkir adalah tanah pertanian penduduk, sedangkan lokasi curug berada di wilayah kehutanan yang dikelola oleh Perhutani. Tepatnya di bawah pengelolaan RPH Argalingga BKPH Maja KPH Majalengka.
Dari tempat parkir kita masuk ke jalan setapak yang sudah dibuat oleh penduduk setempat. Jarak dari tempat parkir ke lokasi curug kurang lebih 1 km. Kondisi jalan pada awalnya cukup baik, tetapi kemudian kita melewati jalan tanah terjal dengan merayap turun. Lumayan melelahkan.
Sebenarnya di lokasi curug terdapat 5 curug. Curug yang paling banyak dikunjungi adalah curug ketiga.
Curug kesatu dan curug kedua letaknya berdekatan namun karena letaknya yang cukup ekstrim dan pernah terjadi kecelakaan yang menewaskan beberapa orang kedua curug tersebut ditutup.Daerah sekitar curug kesatu dan kedua cukup menyeramkan sehingga memberi inspirasi untuk penganut kepercayaan tertentu untuk bertapa di dekat curug tersebut.Curug keempat dan kelima bisa dikunjungi tetapi letaknya harus melewati jalanan terjal dan lumayan jauh serta harus didampingi oleh penunjuk jalan karena sama sekali tidak ada petunjuk arah.
Kembali ke Curug Sawer yang merupakan curug ketiga, setelah melewati jalan setapak yang terjal akhirnya sampai ke lokasi curug. Apabila kondisi cuaca akan turun hujan lebat sebaiknya batalkan rencana ke curug ini. Pertama karena tebing sekitar jalan rawan longsor, kedua kondisi jalan yang licin dan curam berbahaya untuk dilalui.
Curug Sawer memiliki ketinggian sekitar 40 m dengan aliran air yang cukup deras dan seakan - akan menyembur. Kolam di bawah curug cukup aman untuk mandi dengan kedalaman sekitar 1,5 m.
Rangkaian Curug Sawer  mempunyai cerita yaitu tentang kehadiran seorang sakti yang berasal dari kaki gunung Ciremai. Orang sakti tersebut dianggap sebagai leluhur masyarakat Argalingga. Pada waktu tertentu, orang tersebut mengadakan upacara Saweran di sungai Cipada untuk mendapat berkah Tuhan bagi dirinya dan semua keturunannya. Setelah ia berusia lanjut, ia hanya melakukan tapa selama bertahun-tahun hingga wafat. Kisah tentang petapa tersebut setelah mati, jasadnya tidak hancur melainkan menjelma seekor ular raksasa yang kemudian hidup secara gaib dan menjadi penjaga kawasan tersebut. Selama tapanya, terjadi banyak peristiwa alam yang luar biasa sehingga di sepanjang aliran sungai muncul lima buah curug yang airnya memancar menyerupai upacara saweran. Itulah sebabnya, kelima rangkaian curug ini dinamakan Curug Sawer.

5. Curug Ibun
Sebenarnya di tengah perjalanan menuju Desa Argalingga terdapat tempat wisata baru yaitu Green Canyon Curug Ibun Pelangi. Terletak di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, terletak di pinggir jalan kecamatan Argapura. Terdapat spanduk selamat datang dan area parkir motor dan sebagian mobil. Parkir mobil lainnya adalah di sekitar tempat wisata. Sebenarnya tempat wisata ini telah berdiri sejak tahun 2010, tetapi pada tahun 2013 pernah ditutup karena ada kecelakaan yang menewaskan 5 orang. Tahun 2015 dibuka kembali dengan kapasitas terbatas.
Tempat wisata ini dikelola oleh masyarakat setempat. Tidak ada karcis masuk, hanya kita perlu membayar sukarela untuk pemandu wisata. Khusus untuk parkir kendaraan, penduduk setempat mengutip biaya Rp. 5.000 untuk motor dan Rp. 10.000 untuk mobil.
Jalan setapak dari area parkir ke lokasi Curug Ibun sudah ditata dengan baik berupa jalan semen dan jalan tanah dengan undak tangga. Setelah kita turun melalui jalan setapak sampailah di lokasi Curug Ibun Pelangi. Disebut Curug Ibun Pelangi, karena pada sekitar jam 10 kita bisa melihat aura pelangi di sekitar curug.
Curug Ibun jatuh dari aliran sungai di atas ke pangkal aliran sungai yang melewati dinding tebing tinggi. Tebing tinggi ini merupakan miniatur Green Canyon di Kabupaten Pangandaran. Cukup indah.
Di area sekitar curug dibatasi oleh pagar bambu karena sangat berbahaya apabila kita lengah berdiri di batuan yang licin akan melayang jatuh dari ketinggian 80 m ke dasar bebatuan. Kita bisa memotret pemandangan sungai yang berujung  pada curug yang jatuh ke sungai di bawahnya.
Di bagian bawah curug kita bisa berjalan dengan jalan tangga dari tanah yang cukup licin. Selanjutnya kita dengan hati - hati menuju Green Canyon. Apabila didampingi oleh pemandu wisata akan lebih nyaman karena lebih mengetahui tempat pijakan batuan dan tentunya lebih aman untuk menuntun ke titik tertentu yang bagus untuk berfoto ria. 

6. Curug Cibali
Secara administratif curug ini terletak di Desa Cikondang, Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka. Namun, untuk menuju ke lokasi curug tidak dapat melalui jalan Desa Cikondang karena buntu dan sulit dilalui. Jalan yang lebih baik adalah melalui jalan di Desa Sadapaingan, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka. Jalan tersebut ditandai dengan gapura dan kita tinggal mengikuti jalan aspal yang lumayan baik. Sampai di tikungan dimana terdapat jalan menuju kebun penduduk kita berhenti untuk memarkir kendaraan. Tempat parkir khusus tidak ada, jadi kita terpaksa mencari tempat yang agak lapang dan aman untuk tempat parkir.
Selanjutnya  kita  masuk ke jalan setapak melewati sawah dan ladang. Jalan setapak berakhir pada sungai kecil dan kita menyeberanginya. Di wilayah sebrang sungai tidak ada trek khusus sehingga kita harus mencari jalan sendiri menyeruak di antara alang ilalang yang mulai menanjak naik. Curug Cibali dari kejauhan terlihat sedikit yaitu bagian atasnya. Tidak jauh kurang lebih 500 m dari sungai kecil dan tidak terlalu sulit akhirnya kita menemukan Curug Cibali.
Aliran air Curug Cibali secara umum tidak deras. Hanya pada saat turun hujan lebat maka aliran air menjadi cukup deras. Sayang, karena bagian atas sudah terbuka dari tutupan vegetasi dan digarap untuk perladangan maka air curug menjadi agak keruh. Ditambah lagi kolam tempat jatuhnya air di bagian dasarnya berlumpur. Padahal seharusnya pemandangan curug indah karena bentuk batuan tempat aliran curug berupa batuan hitam landai dan berundak. Andai air curug jernih dan deras maka akan terlihat megah.

Jalan - jalan ke curug di Kabupaten Tasikmalaya-4



1. Curug Gedus
Salah satu curug yang mempunyai keunikan dan belum banyak didatangi wisatawan adalah Curug Gedus. Secara administratif Curing Gedus, berada di Dusun Bubuay, Desa Sepatnunggal, Kecamatan Sodong Hilir. ini merupakan bagian dari wilayah Tasik selatan dengan kecamatan berbatasan adalah kecamatan Taraju, Bantarkalong, Parung Ponteng dan Pamijahan. Jalan menuju Sodong adalah melalui jalan Singaparna – Taraju lalu tiba di persimpangan masuk ke arah Puspahiang – Sodong. 
 Perjalanan menuju Sodong sudah berupa aspal bagus kecuali beberapa tempat yang berlubang dan sebagian tergerus oleh longsor. Waktu perjalanan kurang dari 2 jam hingga pasar Sodong. Pasar tradisional Sodong hanya sampai siang saja tetapi cukup ramai walaupun berada di daerah selatan dan di dataran tinggi. Tepat di pasar terdapat jalan ke desa Sepat Nunggal dengan kondisi jalan yang baru di beton pada sebagian jalan sedangkan sebagian lainnya berupa jalan pengerasan, dengan jarak kurang lebih 11 Km daeri pasar Sodong hingga tiba di lokasi tempat parkir kendaraan sebelum ke curug.
  Jalan menuju Desa Sepatnunggal dikelilingi oleh daerah pertanian seperti sawah, tegalan dan kebun campur dan diselingi perkampungan penduduk. Sebenarnya jalan desa ini merupakan akses penghubung ke ke kecamatan lain seperti Taraju, Parung Ponteng, Bantar Kalong dan Karang Nunggal atau Pamijahan dan dengan kondisi jalan yang masih jalan jalan pengerasan. Arah jalan lebih banyak menurun landai. Menjelang sampai di lokasi curug kita terlebih dahulu menemukan Sungai Cisodong yang cukup lebar dimana salah satu bagiannya sedikit patah seperti curug pendek. Orang setempat menyebutya Curug Astana, karena dekat dengan tempat pemakaman umum. Memang sih, agak hening kalau kita bermain di curug tersebut.
 Menuju tempat curug tidak bisa dengan kendaraan bermotor, harus jalan kaki karena melewati semak belukar dan saluran irigasi. Tempat parkir kendaraan memang tidak ada sehingga kita terpaksa menaruh di sisi jalan dekat semak belukar. Atau bisa juga dititipkan di rumah penduduk yang dekat dengan lokasi curug, lalu jalan menurun sekitar 200 meter. Dari titik masuk yang tidak ada tandanya kita lalu menuruni bagian lembah yang bersemak ke daerah persawahan. Dari tempat ini kita sudah dapat melihat dari kejauhan Curug Gedus. Curug ini merupakan aliran air dari sungai Cisodong. 
  Tidak begitu sulit turun dari daerah persawahan ke curug meskipun harus rela berkotor ria karena hanya ada tempat pijakan dan harus bersentuhan dengan tanah. Hati – hati jangan sampai merusak tanaman milik penduduk, kasihan mereka susah payah menanam tapi kita enak saja merubuhkannya.
Saat kita sampai di lokasi curug kita aka terpesona dengan keindahannya. Tidak kalah dengan Curug Dengdeng, tetapi punya keunikan tersendiri. Bentuknya adalah melebar sekitar 50 meter seperti busur atau hampir setengah melingkar. Biasanya curug adalah garis horisontal tetapi ini agak melengkung. Sedangkan tinggi curug sekitar 20 meter. 
Pada bagian curug pertama hanya ada curug dengan lantai bawah tempat jatuhnya air hanya setinggi tumit sehingga kita hanya dapat menikmati jatuhnya air. Sedangkan d bagian curug kedua terdapat kolam yang cukup dalam dan lebar. Tapi hati – hati berenang disini karena bagian dekat curug cukup dalam yaitu sekitar 2 m. Antara bagian pertama dengan bagian kedua dipisah oleh sungai kecil tapi cukup deras dengan batuan licin. Kedua bagian curug tersebut mempunyai panorama yang sama – sama indah.
Di bagian atas curug sesungguhnya merupakan sungai Cisodong yang hanya mengalir di bagian sisi. Rupanya di bagian atas terdapat tembok penampung air yang dimanfaatkan sebagai dam irigasi untuk mengairi areal pesawahan. Oya, kalau kebetulan sedang turun hujan deras, harus hati – hati karena khawatir banjir bandang sewaktu –waktu bisa menimpa kita. Di bagian atas ini terdapat pemandangan unik yaitu jembatan besi gantung. Sangat indah untuk tempat foto. Setelah main di curug kita langsung mengunjungi jembatan gantung yang tepat berada sekitar 50 meter dari curug Gedus, berada sebelah atas dari sungai ini. Tertarik ke jembatan itu ? Kita harus naik dulu ke bagian sisi jembatan.
  Jembatan gantung tersebut hanya sesekali digunakan penduduk karena kondisinya selain tak layak juga sangat berbahaya. Untuk melewati selain butuh nyali juga kehati – hatian tingkat tinggi. Betapa tidak karena papan jembatan sudah banyak yang lepas dan dapat bergeser. Beberapa papan bahkan hanya berupa kulit pohon kelapa yang tipis. Lebih baik hanya coba di bagian ujung saja dan itupun jangan dimuat lebih dari 5 orang, khawatir roboh. Tetapi bagi yang siap dan fokus, gunakan kesempatan ini untuk merasakan ketinggian dengan kondisi yang sangat berbahaya. Sangat indah pemandangan dari atas jembatan ke arah sungai dan areal persawahan. Penulis telah mencobanya dengan perasaan dan kesan ruarr biasa. Subhanallah…
2. Curug Putih
Curug Putih merupakan salah satu curug mempesona yang berada di kaki Gunung Galunggung. Saat ini, Curug Putih bersama – sama Curug Batu Blek dan Curug Gede Bangkong sudah menjadi agenda pencinta alam atau wild adventurer. Curug Putih berada di kampung Cipeuteuy, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong. Baik dari arah Tasik maupun dari arah Bandung melalui jalur Singaparna – Ciawi yang sudah berupa jalan kabupaten yang cukup lebar dan beraspal mulus. Di persimpangan menuju Desa Santana Mekar kita berbelok. Di simpang menuju kampung Cipeuteuy terdapat plang kecil tanda kita masuk melalui jalan ini. Kondisi jalan berupa jalan aspal bercampur batuan yang masih lumayan untuk dilalui dilanjuti dengan jalan beton yang cukup bagus. Sayangnya lebar jalan yang sempit menyebabkan kendaraan roda 4 apabila hendak berpapasan harus ada yang mengalah ke sisi yang agak lebar.
 Sampai di kampung Cipeuteuy kita terus bergerak naik hingga ujung jalan. Baik kendaraan roda 4 atau roda 2 harus parkir disini. Khusus  untuk yang ingin menuju Curing Batu Blek melalui jalur ini dapat menggunakan motor hingga titik lebih atas lagi. Sebaiknya jangan langsung jalan ke curug karena nanti kita akan melalui bagian yang tidak mudah. Ada warung kopi di tempat parkir.
Perjalanan pertama menuju curug melalui sedikit areal persawahan lalu masuk ke semak belukar dimana terdapat saluran irigasi. Kita ikuti saja saluran tersebut yang di bagian awal masih berupa tembok sehingga agak nyaman untuk menjadi landasan trekking. Setelah masuk ke dalam kita langsung dikepung oleh semak belukar dan diselingi oleh pepohonan besar. Di bagian awal kita juga menyaksikan sengkedan sawah mengikuti kontur dengan latar belakang bukit – bukit yang menyambung ke kaki Gunung Galunggung. Pemandangan yang menakjubkan. 
 Di tengah perjalanan, bagian tembok irigasi berganti menjadi pematang irigasi dari tanah. Mohon teman – teman untuk hati – hati. Pertama, di beberapa tempat terdapat longsoran yang nyaris memutus jalan dan langsung ke jurang. Terpelesat, tubuh kita langsung jatuh ke jurang yang dalamnya puluhan meter. Belum lagi longsoran tebing di sisi satu lagi. Kedua, kita juga harus menjaga jangan sampai pijakan kita merusak pematang yang telah dibuat penduduk sekitar. Terdapat beberapa simpang (sebenarnya berupa tanda yang dibuat masyarakat) menuju curug lain. Simpang pertama adalah jalan menuju Curug Badak dan kedua adalah menuju Curug Batu Blek. Selain itu ada juga jalur menuju gua batu ngampar.
 
 
Setelah berjalan hampir 1 km kita akan jumpai tanda untuk turun ke arah sungai. Perjalanan menyusuri sungai kurang lebih 300 meter, tetapi dengan banyak batuan besar menghadang sehingga perjalanan sedikit memakan waktu. Akhirnya di ujung sungai kita saksikan kemegahan Curug Putih dengan ketinggian sekitar 70 m. Disebut Curug Putih karena seperti helaian selendang warna putih dari atas tebing. Pemandangan dari jauh sangat bagus sebagai latar belakang foto. Kita dapat merasakan segarnya air curug di kolam curug. Meskipun demikian jangan bermain tepat di tempat jatuhnya air, karena pukulan air sangat keras sehingga berbahaya apabila  menimpa badan apalagi kepala.
 

3. Curug Badak
Nama Curug Badak di wilayah kaki Gunung Galunggung berada di Kampung Lemah Deudeut dekat dengan Curug Gado Bangkong dan satu lagi di Kampung Cipeuteuy, Desa Santana Mekar dekat dengan Curing Putih yang keduanya berada di Kecamatan Cisayong. Curug ini mendapat air dari Curug Putih dan Curug Batu Blek sebagai pusatnya. 
 Perjalanan menuju curug ini dari jalan raya sama dengan ke Curug Putih yang telah dijelaskan sebelum ini. Demikian pula trekking ke tempat ini berangkat dari titik yang sama menuju Curug Putih. Hanya saja pada titik tertentu kita kemudian menuruni jurang dengan medan yang sulit dan membutuhkan stamina dan konsentrasi. Sebaiknya kita meminta bantuan penduduk lokal, baik orang dewasa atau anak – anak untuk mengantar ke lokasi sebab tidak ada petunjuk tempat atau jalur tertentu. Penulis sendiri sampai di curug pada posisi atas. Untuk menuju posisi bawah harus putar arah dan dengan perjalanan yang lebih sulit sehingga tidak bisa menikmati keindahan curug. Walau demikian perjalanan sampai ke bagian atas curug sudah cukup membuat kesan. Pengunjung kesini sangat  jarang, mungkin karena posisinya sulit dijangkau dan cukup jauh.
4. Curug Cimedang
Curug Cimedang berada dekat dengan Malaganti Center, sebuah padepokan budaya dan pesantren yang berada di Kecamatan Sariwangi. Secara administratif terletak di Kampung Malaganti, Desa Raharja, Kecamatan Sariwangi. Jalan menuju kecamatan tersebut melalui Singaparna baik dari arah bundaran atau alun – alun Singaparna atau dari arah jalan lingkungan sebelum masuk kota Singaparna. Jalan menuju Kecamatan Singaparna berupa jalan aspal mulus meskipun agak sempit. Perjalanan terus hingga Malaganti Center lalu dilanjutkan ke arah kebun campur masyarakat. 

 Pada simpang pertama setelah Malaganti terdapat plang kecil yang mengarahkan jalan ke curug. Dari simpang kita terus dapat berkendara di atas jalan tanah pengerasan sampai ke tempat parkir. Dari tempat parkir kita berjalan kaki melalui jalan setapak yang sudah dirapihkan oleh masyarakat setempat. Cukup banyak pengunjung terutama hari – hari libur, yang ternyata ada juga dari luar Jawa Barat. Salah satu motivasi pengunjung adalah curug ini menjadi tempat semacam persemedian atau istilah sunda “pananyaan” dengan cara mandi di kolam lalu mengambil air dari curug atau bersemedi di sekitar itu. Ada juga kuncen dadakan bila diperlukan. Ada – ada saja.
Daya tarik Curug Cimedang bagi pengunjung adalah alam sekitar curug yang masih asri sehingga memberi kesegaran. Selain itu air curug lumayan jernih dan deras. Mengenai bentuk curugnya yang hanya berketinggian kurang dari 10 m, adalah adanya rongga sehingga tampak unik